Anies Baswedan on Public Speaking

Ini adalah sebuah laporan dari acara bertajuk Anies Baswedan on Public Speaking yang diselenggarakan di Universitas Paramadina pada 28 September lalu

***

Public speaking atau keterampilan bicara di depan orang banyak adalah sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap individu. Adalah sebuah kesalahan jika kita menganggap hanya pejabat publik yang memerlukannya. Pada dasarnya, public speaking bertujuan untuk mengungkapkan ide dengan memilih kata-kata yang tepat dan bisa diterima oleh orang lain. Karena itulah, setiap individu wajib memiliki keterampilan public speaking agar ide-ide yang tersimpan di dalam kepalanya tidak menjadi sampah namun bermanfaat bagi orang lain. Hal inilah yang melandasi diadakannya acara bertajuk Anies Baswedan on Public Speaking di kampus Paramadina tercinta.

Narasumber dari acara ini adalah bapak Anies Baswedan sendiri yang telah dikenal luas sebagai seorang  public speaker yang hebat dan karismatik. Bagaimana caranya agar bisa menjadi  public speaker seperti pak Anies? Tentu saja itu bukanlah suatu hal yang bisa didapatkan dengan instan namun melalui proses yang amat lama dan jam terbang yang tinggi. Bahkan di awal acara, pak Anies sempat mengakui bahwa public speaking is a very difficult subject. Namun malam ini, pak Anies telah bersedia membagi sebagian ilmunya untuk memudahkan jalan kami menjadi seorang  public speaker yang baik. 


Poin-Poin Penting dalam Public speaking
Hal pertama yang perlu diketahui bagi orang yang akan berbicara di depan publik adalah, ”you are not alone.” public speaking adalah sebuah interaksi, dengan kata lain di sana ada pembicara dan ada pendengar. Jadi sebenarnya melakukan public speaking tidak ada bedanya dengan pembicaraan yang dilakukan dengan teman-teman setiap harinya. Kesalahan
yang sering dilakukan  public speaker adalah berbicara tanpa memperhatikan penontonnya. Akibatnya, penonton merasa bosan dan pembicara lelah berbicara tapi tidak memberi manfaat bagi siapa pun. ”Sama-sama rugi bukan?”


Penonton adalah poin terpenting dari Public speaking. Merekalah yang akan menentukan apakah gagasan yang disampaikan speaker dapat diterima atau tidak. sehebat apa pun gagasan yang dibuat seseorang, jika ia tidak sanggup untuk menyampaikannya pada penonton, maka tidak akan ada yang pernah menerimanya. Sama seperti buku pengetahuan yang tidak dibaca.

Jadi, untuk melakukan Public speaking yang baik, diperlukan kemampuan untuk membaca suasana penonton. Terkadang penonton akan merasa bosan dengan materi yang disampaikan pembicara. Di saat itulah seorang pembicara harus melakukan sesuatu agar para penonton kembali tertarik. ”Perhatikanlah para penonton, buat mereka mau mendengar.”

Kemudian konteks ide haruslah tepat. Kesalahan yang sering dibuat pembicara adalah menyampaikan hal-hal yang diluar konteks ide. Akibatnya penonton yang cerdas akan merasa jengkel dan kehilangan respect-nya pada pembicara. Kalau sudah begini, sulit bagi pembicara untuk mendapatkan kembali perhatian penonton. ”Tahu apa yang perlu dikatakan dan apa yang tidak perlu adalah hukum dasar bagi  public speaker.”

Dan yang terakhir, ”Hargailah audience-mu!” Kata pak Anies. Sebagai seorang  public speaker, kita harus berasumsi bahwa penonton kita itu cerdas. Hindari penggunaan kata-kata seperti, ”Anda paham maksud saya?” atau, ”Mengerti?” Karena kata-kata itu memiliki kesan merendahkan dan akan menyinggung perasaan sebagian orang. Dengan menunjukkan sikap menghargai penonton, maka mustahil para penonton tidak akan menghargai kita.


Menjadi ‘Good  public speaker’
Walaupun sudah mengetahui poin-poin penting dari public speaking seperti yang telah dijelaskan pak Anies barusan, melakukan public speaking tetap sangat sulit. Banyak orang yang membuat kesalahan dalam public speaking merasa sangat malu dan mereka tidak mau mencobanya lagi. Padahal sejarah mencatat bahwa keberhasilan tokoh-tokoh dunia itu berawal dari kegagalan, tidak terkecuali pak Anies sendiri.

Tips dari pak Anies untuk mengatasi kegagalan adalah, ”Segera lakukan lagi!” Terlalu lama membiarkan diri terpuruk dalam rasa malu akibat gagal hanya akan menutup potensi diri untuk berkembang. Manusia harus selalu belajar dari kesalahannya dan mengulang kembali hal yang telah gagal itu sampai berhasil. Termasuk dalam public speaking, tidak ada teori untuk menjamin keberhasilannya selain jam terbang yang panjang.

Pak Anies sendiri memulai karier public speaking-nya di taman kanak-kanak dan langsung gagal. Waktu itu beliau diminta turun dari podium sebelum pidatonya usai karena dianggap sudah keluar konteks. Hal tersebut tentu membuatnya sangat malu dan untuk beberapa saat beliau memutuskan untuk tidak berbicara di depan publik lagi sampai beliau dipilih untuk menjadi humas OSIS di masa SMP-nya.

Waktu itu yang dilakukan pak Anies sebagai humas hanyalah berkeliling kelas, yang berjumlah tiga puluh, dan membacakan berita duka. Kelihatannya sepele, namun di awal beliau selalu merasa gugup dan tidak percaya diri. Tangannya bergetar ketika memegang kertas pengumuman dan mulutnya pun tidak bisa membacakan kabar duka itu dengan keras dan jelas. Apalagi ketika memasuki ruangan kelas III, suasana horor itu jauh lebih terasa. ”It’s really a nightmare” kata pak Anies sambil tersenyum.

Namun hal sepele itulah yang membuat pak Anies bisa menjadi  public speaker seperti sekarang. Perlahan-lahan beliau mulai memahami apa-apa yang dibutuhkan agar orang-orang mau mendengarkan berita yang disampaikannya: bagaimana harus bersikap, bagaimana harus menarik perhatian orang, kapan harus menaikkan nada bicara, kapan harus berhenti, sampai akhirnya beliau terbiasa. Berkat hal sepele namun dilakukan terus menerus itulah, pak Anies menjadi lebih tahu bagaimana cara berbicara di depan umum melebihi ketua OSIS-nya atau orang-orang yang mengambil kelas public speaking. ”I never took a public speaking class, but I can do it a lot better than them.”

Melakukan Persiapan
Sebelum melakukan public speaking, wajib hukumnya untuk melakukan persiapan. Orang yang terlihat canggung ketika berada di depan orang banyak pastilah orang yang tidak melakukan persiapan. Adalah sebuah kesalahan jika kita meremehkan public speaking dengan tidak melakukan persiapan yang matang. Bahkan orang seperti Barack Obama pun, dalam melakukan pidato kenegaraannya akan mengadakan gladi resik sehari sebelumnya yang dihadiri oleh para menteri dan staf-nya. Secara umum, ada tiga hal yang harus dipersiapkan dalam public speaking.

Yang pertama adalah ekspektasi. Bayangkan semua hal yang akan terjadi ketika melakukan public speaking. Pertama, bayangkanlah lokasinya terlebih dahulu apakah itu di dalam ruangan atau di lapangan terbuka. Kedua, bayangkanlah jumlah penonton yang akan hadir, apakah berjumlah puluhan atau ribuan. Ketiga, bayangkanlah jenis penontonnya, apakah formal atau nonformal. Jika sudah mengetahui semua itu, maka yang perlu dilakukan adalah memikirkan cara penyampaian yang tepat.

Yang kedua adalah antisipasi. Dalam melakukan public speaking, segala hal bisa terjadi. Apalagi jika melakukan public speaking di daerah yang sama sekali baru. Terkadang ada hal yang dianggap lucu di negeri sendiri bisa menyinggung orang di negeri lain. Atau bisa saja penonton merasa geli dengan logat dan penampilan pembicara yang berbeda dengan mereka sehingga mereka menjadi tidak konsentrasi dengan materi yang disampaikan pembicara. Semua kemungkinan terburuk harus terlebih dahulu diperkirakan dan dipersiapkan solusi untuk menghadapinya.

Yang ketiga dan yang paling penting adalah sound system. Semenarik apapun ide yang disampaikan atau sehebat apa pun cara penyampaian yang digunakan pembicara tidak akan ada gunanya jika suaranya tidak bisa didengar oleh penonton. Karena itu sound system harus benar-benar dipersiapkan dan disesuaikan dengan lokasi dan jumlah penonton. Selain itu, cara penggunaan microphone juga harus diperhatikan. Mic yang ditaruh tepat di depan mulut dengan yang di bawah mulut saja akan menghasilkan suara yang sangat berbeda. Hal-hal kecil seperti inilah yang biasanya tidak diperhatikan pembicara sehingga public speaking mereka menjadi sia-sia.

Tips untuk Melakukan Public speaking
Setiap orang pasti punya gayanya masing-masing untuk melakukan public speaking. Ada yang menggebu-gebu, ada yang santun, ada yang datar sekali. Semua hal ini sangatlah bergantung pada karakter dari pembicara itu sendiri. Karena itu tiap orang pasti punya tips yang berbeda pula untuk melakukannya, termasuk pak Anies. Menurut pak Anies, yang sudah bertahun-tahun melakukan public speaking, ada empat hal yang harus ditekankan.

Yang pertama adalah nada bicara. Bagi pak Anies, yang terpenting dalam melakukan public speaking bukanlah suara yang keras melainkan penggunaan nada bicara yang tepat. Hindari penggunaan nada bicara yang datar karena akan membuat penonton bosan. Gunakanlah penekanan suara dalam kata-kata tertentu yang ingin ditekankan, juga atur tempo bicara. Penonton akan lebih tertarik mendengar pembicara yang mampu mengubah-ubah nada bicaranya sesuai kebutuhan.

Yang kedua adalah kontak mata. ”Pandanglah penontonmu, bukan naskahmu.” Jadi kalau itu adalah pidato formal, maka jangan liat ke arah naskahnya. Jika itu adalah presentasi, maka jangan lihat ke arah papan tulisnya. Usahakan pandangan mata selalu ke penonton. Hal ini tidak terlepas dari prinsip public speaking yang sama dengan komunikasi. Selain itu, bahasa tubuh seperti penggunaan tangan juga sangat membantu.

Yang ketiga, buatlah sederhana. Tidak ada orang yang betah mendengarkan hal yang njlimet dan bertele-tele untuk waktu yang lama. Karena itu untuk membuat mereka betah mendengarkan, maka pembicara harus bisa menyederhanakan idenya seringkas mungkin dengan tidak mengurangi bobot nilainya.

Yang keempat dan yang paling penting adalah menyelipkan guyonan. Setiap manusia pasti punya batas untuk daya konsentrasinya. Biarpun materi yang dibahas oleh pembicara sangat menarik, jika ia terus menerus menyampaikannya dengan serius maka otak akan jenuh. Fungsi guyonan adalah mengistirahatkan otak sejenak. Tidak perlu terlalu lucu atau bisa membuat orang tertawa terbahak-bahak. Yang penting adalah bisa mengendurkan suasana yang sedang tegang sejenak saja.

Seringlah Berlatih
Pada akhirnya, tidak ada teori yang bisa menjamin keberhasilan public speaking selain jam terbang yang tinggi. Karena itu jika seseorang ingin menjadi good  public speaker, maka dia harus mau mencobanya. Awalnya pasti gagal atau tidak sesuai harapan, namun itu tidak boleh menjadi alasan untuk menyerah. Selain itu, latihan sendiri di rumah juga akan sangat membantu. Misalnya berbicara pada cermin atau menggunakan video camera yang terdapat di ponsel.

Banyak sekali hal yang bisa didapat dengan melakukan public speaking. Yang paling jelas tentu seseorang akan menjadi lebih berani. Berani untuk menyatakan pendapat, berani untuk berbeda, berani untuk berinovasi dan berimprovisasi. Jadi bisa dikatakan bahwa bukan orang berani yang bisa melakukan public speaking melainkan orang menjadi berani karena melakukan public speaking.

Di akhir acara, pak Anies menutupnya dengan berkata, ”Seringlah berlatih!” Pesan yang jelas dan sederhana. Pesan itu tentu saja menuntut kami untuk bisa menjadi orang yang sanggup mengutarakan pendapat kami kepada orang banyak. Karena tentu saja, sehebat apapun ilmu yang dimiliki seseorang tidak akan ada artinya jika dia tidak mau menyebarluaskannya. Karena itu benarlah jika dikatakan bahwa kemampuan untuk melakukan public speaking adalah kebutuhan mutlak bagi setiap individu.

Jakarta, 13 Oktober 2011
-gema-

Komentar

Postingan Populer