Cerita tentang Perjalanan: Hari Pertama (1)

Terminal Terboyo
Aku tidak ingat kapan aku mulai tertidur, tapi aku ingat kalau aku terbangun pukul 04:30, begitu pula dengan teman-temanku. Yah, meleset jauh sekali dari jadwal. Tak ada pilihan kami segera sarapan dan mandi. Entah kenapa Pram dan Aji tidak mau mandi tapi kurasa itu keputusan yang cukup baik agar dapat berangkat lebih cepat. 


Saat itulah Rianti mengirim pesan, ”Kawanku, aku sudah sampai. Kalian di mana?” 

Dan saat itu juga aku baru sadar bahwa biarpun kami telah membuat kemungkinan dan solusi seandainya Rianti datang terlambat, tapi kami sama sekali tidak memikirkan kemungkinan dan solusi jika kami yang datang terlambat. Memalukan rasanya karena kami hanya bisa menulis pesan balasan yang berbunyi, ”Sabar yaa.” Sambil berharap kami tidak ketinggalan bus menuju Jepara. 


Akhirnya pukul 04:50 kami berangkat dengan diantarkan orangtuanya Aji. Jalan masih sepi dan kami melaju dengan sangat cepat di jalan tol menuju Terminal Terboyo. Tepat Pukul 05:00 kami sudah sampai di sana. Seharusnya saat itu Rianti sedang menunggu di depan RS Unissula bersama abangnya dengan wajah yang sedikit kesal. Namun kenyataan berkata lain. Rianti tidak ada di tempat dia seharusnya menunggu. 

”Wah, bisa repot nih kalau harus mencarinya dulu.” Kataku pada Aji. 

”Yah, masalahnya dia suka linglung sih, coba kowe telepon.” 

Aku mengambil ponselku dan langsung meneleponnya. Percobaan pertama tidak dijawab. Kedua juga tidak. Ketiga juga tidak. Aku jadi kesal tapi kucoba meneleponnya terus dan setelah entah yang keberapa akhirnya panggilanku dijawab juga. 

”Kamu di mana?” Kataku. 

”Di pintu depan.” 

”Sekarang kami juga lagi di pintu depan.” 

”Pintu depan yang mana?” 

Inilah yang merepotkan. Aku yakin benar bahwa aku sedang berada di pintu terdepan dari bangunan itu, tepat di pinggir jalan. Saat itu aku yakin bahwa persepsi kami soal pintu depan pasti berbeda dan dia sedang menuggu di pintu depan dari RS. Jadi kuminta dia untuk keluar ke jalan raya untuk membuktikan dugaanku. Beberapa menit kemudian, terlihatlah Rianti dengan wajah santai keluar dari dalam gedung. Agak menyebalkan memang, tapi sedikit membuat lega karena ia tidak terlihat kesal menunggu. Tapi masalahnya belum selesai di situ. Karena setelah kuperhatikan lagi, ternyata kakaknya tidak ada bersamanya. 

”Kakakmu di mana ?” 

”Tadi katanya mau beli rokok dulu.” 

”Di mana ?” 

”Nggak tahu, kayaknya tadi ke sana.” 

Sana itu bukanlah sebuah tempat, pikirku. Yang jelas dia harus cepat ditemukan agar kami tidak ketinggalan bus. Rianti kemudian meneleponnya dan menyuruhnya segera ke tempat kami menunggu. Tak lama kemudian datanglah seseorang berbadan jangkung, memakai jaket tebal dan topi kupluk, berjalan ke arah kami. Dan ternyata benar yang dikatakan Ratna bahwa wajahnya mirip dengan Christian Sugiono, hampir. Dan itulah abangnya Rianti, mas Ryan. Segeralah kami berangkat untuk mencari bus yang menuju Jepara. 

Beruntung bagi kami, masih ada bus yang menunggu penumpang di sana. Tanpa banyak pikir kami langsung menghampirinya dan menaikkan barang-barang kami ke dalamnya. Setelah berpamitan dengan orangtuanya Aji, kami segera naik ke atas bus dan duduk di kursi kosong yang tersedia. Tak lama kemudian, bus pun melaju. 


***

Jepara
Normalnya perjalanan menuju Jepara hanya memakan waktu dua jam, namun karena ini adalah bus umum yang setiap saat bisa berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang seenaknya, maka perjalanan pun menjadi lebih lama. Kira-kira hampir separuh perjalanan kuhabiskan dengan tidur. Aku masih sangat mengantuk waktu itu.

Sekitar pukul 07:30 bus sampai di Jepara. Kami diturunkan di sebuah persimpangan yang berjarak 1 km dari Pantai Kartini, tempat kapal berlabuh. Ada sekumpulan becak yang menunggu di sana yang pastinya memang mengincar orang-orang yang ingin pergi ke pantai. Kami menyewa empat di antaranya dan langsung berangkat.

Satu kesalahan yang kami buat, karena mungkin memang sedang terburu-buru, adalah kami tidak menanyakan dulu berapa ongkos becaknya sebelum kami menaikinya. Alhasil begitu sampai di sana, salah satu dari tukang becak itu langsung menodong, ”Semuanya jadi Rp 60,000 mbak.” Pada Ratna yang membawa uang.

Tentu saja kami kaget karena kami hanya memperkirakan Rp 30,000 untuk ongkos becak. Mengingat itu, Ratna langsung berkelit dengan berkata, ”Setahu saya biasanya untuk satu becak ongkosnya Rp 10,000.”

Tukang becak itu jadi sedikit kesal namun akhirnya dia mengalah dan berkata, ”Baiklah kalau begitu jadinya Rp 40,000.” Dan Ratna segera memberikan uang sejumlah itu padanya.

Setelah masalah becak beres, kami segera pergi ke loket tiket kapal. Beruntung juga masih banyak tiket KM Muria yang tersisa. Kami membeli tujuh buah dan menuliskan nama kami di buku penumpang. Di tiket itu tertulis kapal berangkat pukul 09:00 jadi kami memutuskan untuk bersantai-santai sejenak di sebuah warung.
Cukup banyak yang dibicarakan waktu itu, namun kebanyakan masih membahas tentang permainan poker di malam sebelumnya. Saat itu abangnya Rianti masih menjauh dari kami dan memutuskan untuk duduk sendirian di tempat lain. Aku meminta Rianti untuk mengajaknya bergabung, namun dia malah berkata, ”Biarkan saja, orangnya memang begitu kok.” 
Saat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba datanglah seseorang berbadan besar dan mengenakan jaket pelaut pada kami. Tanpa mengatakan permisi, dia langsung menyela ringan, ”Kalian ini mau pergi ke Karimun atau pulang ke Jepara?”

Aji segera menjawab, ”Mau ke Karimun pak.”

Mendengar hal itu, tanpa basi-basi, dia langsung menyentak, ”Kalau begitu kenapa masih santai-santai?”

Kulihat jam tanganku masih menunjukkan pukul 08:00. Seharusnya wajar kalau kami masih bisa bersantai-santai. Namun dia segera melanjutkan sentakkannya.

”Kapal itu kalau penumpangnya sudah penuh akan langsung berangkat tanpa peduli pada waktu keberangkatan yang seharusnya. Lagipula daripada santai-santai di luar, lebih baik santai-santai di kapal kan?”

Mendengar itu kami segera berjalan setengah berlari ke kapal. Kami pun berterimakasih pada entah-siapa-tadi-itu. Belakangan kami mengetahui bahwa dia adalah sang kapten kapal.





***

Komentar

Postingan Populer