Kisah Patung Pancoran




Orang-orang memanggilku Patung Pancoran. Alasannya karena aku selalu nongkrong di Pancoran. Bagiku, nama ini sangatlah menggelikan. Mengapa aku harus dinamai karena lokasiku berada? Padahal patung-patung lain memiliki nama-nama keren yang biasanya berfungsi untuk memperingati suatu kejadian heroik. Sebenarnya, aku memiliki nama keren yang merupakan pemberian penciptaku, Ir. Soekarno, yaitu Patung Dirgantara. Nama ini diberikan karena presiden Soekarno menginginkan agar orang-orang terinspirasi untuk selalu memiliki kejujuran dan keberanian hingga ingin mengarungi angkasa sepertiku. 

Awalnya, aku merasa sangat terhormat dengan tugas itu. Berkat itu, setiap hari aku rela nongkrong di ketinggian yang luar biasa ini dengan posisi menantang dan tangan mengacung ke angkasa. Terik matahari tak pernah menggangguku, apalagi aku juga tak dapat berkeringat. Ya, aku selalu bangga dengan diriku dan namaku, namun itu dulu.

Kini aku menyadari bahwa keberadaanku sangatlah tidak berarti. Aku melihat dari ketinggian ini betapa orang jujur sangatlah sulit untuk ditemukan. Hampir setiap hari aku melihat di bawahku, pencopet, penjambret, penebar ranjau paku, orang-orang hina yang suka melecehkan perempuan di Halte Busway, penipu, calo, etc, etc, etc. Kemudian aku melihat lebih jauh lagi ke gedung raksasa beratap hijau, rumah bagi orang-orang yang menyebut diri mereka wakil rakyat. Sungguh jika aku dapat meludah, pasti cat hijau pada atap gedung itu sudah luntur dan atapnya juga akan berlubang karena dibombardir oleh cairan dirgantaraku, yang kubayangkan memiliki kecepatan 100 mil per jam.  Sungguh, kelakuan orang-orang yang bekerja di gedung itu tak dapat kumaafkan. Merekalah sumber dari setiap masalah di negeri ini termasuk kriminalitas yang kulihat setiap hari di bawahku. Aku ingin marah, benar-benar ingin, tapi aku tak bisa.

Aku diciptakan oleh presiden Soekarno agar orang-orang terinspirasi untuk selalu memiliki kejujuran dan keberanian untuk mengarungi angkasa sepertiku, namun aku gagal. Bukan hanya gagal, namaku pun terlupakan dari benak orang-orang. Kemarin aku mendengar seorang ibu yang bercerita pada anaknya, "Hey nak, liat patung yang lucu itu deh, itu namanya Patung Pancoran." Rasanya aku ingin menangis. Sedih sekali rasanya karena bukan hanya melupakan namaku, mereka juga menganggap keberadaanku tidak lebih dari badut penghibur. 

Dalam hatiku yang terbuat dari perunggu ini aku menangis sekuat-kuatnya. Aku menangis karena tak mampu memenuhi tugasku untuk menginspirasi orqng-orang. Aku menangis lebih keras lagi karena namaku telah dilupakan oleh orang-orang. Namun air mataku habis ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah sebuah patung yang tak mampu berbuat apa-apa. Aku jauh lebih hina dari seekor nyamuk yang hanya dapat menggigit(paling tidak gigitan nyamuk itu dapat membunuh orang-orang yang menyebut diri wakil rakyat yang sangat kubenci itu). Aku jauh lebih hina dari dekomposer yang hanya dapat memakan (setidaknya mereka dapat memusnahkan mayat orang-orang yang menyebut diri wakil rakyat yang sangat kubenci itu). Aku benar-benar sesuatu yang amat hina dan aku benar-benar tidak berarti.

Kalau aku boleh membuat permintaan, maka aku hanya ingin dapat merubah posisiku. Aku lelah mengacungkan tanganku karena ternyata aku tidak mampu menginspirasi orang dengan begitu. Aku ingin mengubah posisiku menjadi menengadahkan tangan layaknya manusia yang berdoa pada Tuhan. Mungkin dengan begitu, aku lebih mampu untuk menginspirasi orang banyak. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, tapi permintaan terakhirku, tolonglah, kalian tak perlu mengingat namaku, tapi ingatlah bahwa aku diciptakan untuk menginspirasi orang-orang agar selalu berbuat jujur dan berani. Aku mencintai negeri ini karena penciptaku pun begitu. Jadi kuharap, kalian juga dapat mencintai negeri ini sepertiku. Aku percaya kalian mampu. Sementara itu, aku akan tetap berdiri di ketinggian luar biasa ini, mengacungkan tanganku ke angkasa, dan menatap jauh ke depan. Ke masa depan di mana setiap orang di negeri ini dapat hidup dengan bahagia tanpa saling mencurigai dan menjunjung tinggi kejujuran. 

Komentar

Postingan Populer