Menjawab Pertanyaan Dasar Kehidupan


Manusia selalu bertanya mengenai makna kehidupan. Pertanyaan paling sederhana yang harusnya pernah ditanyakan oleh seorang manusia adalah, "Mengapa aku hidup?" Bagaimana manusia menjawab pertanyaan itulah yang akan menentukan jati diri mereka, tindakan mereka, bahkan sampai mampu menentukan masa depan mereka. Pengalaman dan pengaruh dari hal-hal disekitarnya akan membantu manusia untuk menemukan jawaban dari pertanyaan sederhana tersebut. 

Biasanya, manusia akan meniru jawaban yang telah dibuat oleh orang lain dan menjadikannya sebagai jawaban untuknya. Mereka melakukan ini karena menyadari bahwa menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut sendirian akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan melelahkan. Ambil contoh para tokoh spiritual terkenal, seperti Buddha Gautama. Buddha untuk dapat menemukan pertanyaan tersebut harus mengasingkan diri selama bertahun-tahun ke dalam hutan. Di sana, Buddha harus berkontemplasi dengan pikirannya, berkomunikasi dengan inner-self nya, sampai akhirnya ia menemukan jawaban yang tepat untuknya. 

Beberapa temanku pernah meniru hal tersebut. Mereka mengasingkan dirinya dari masyarakat dengan cara mengunci diri di dalam kamarnya selama berminggu-minggu. Selama proses tersebut, mereka mengatakan bahwa benar ketika manusia sendirian, ia akan mampu mendengar suara-suara, yang tak lain berasal dari inner-self nya. Percaya atau tidak, suara-suara tersebut ternyata memiliki suatu kebijaksanaan yang sangat tinggi sampai mampu membantu teman-temanku menemukan jawaban dari pertanyaan mereka. Namun, harga yang harus dibayar dari semua itu adalah terpotongnya akses mereka terhadap salah satu kebutuhan dasar mereka, yaitu berhubungan dengan sesama manusia. Kebanyakan manusia tidak rela membayar harga semahal itu, sehingga mereka lebih memilih untuk mengikuti saja jawaban yang telah ditemukan oleh mereka yang berani membayar. Itulah sebabnya, buku-buku biografi dari orang-orang yang dianggap telah menemukan jawaban dari pertanyaan dasar manusia menjadi sangat laris di pasaran.

Namun, tokoh-tokoh yang berasal dari dunia nyata bukanlah satu-satunya sumber untuk menemukan jawaban dari pertanyaan dasar manusia. Terkadang, tokoh-tokoh yang berasal dari dunia khayalan, alias tokoh fiktif, dapat membantu manusia dalam rangka mencari jawaban. Sebab tokoh-tokoh fiktif tersebut umumnya diciptakan dari sebuah khayalan akan sesosok manusia yang sudah melewati proses mencari jawaban dan memiliki keteguhan untuk mempertanggungjawabkan jawabannya tersebut. Lihatlah tokoh-tokoh fiktif yang banyak menginspirasi orang, seperti Superman. Sepanjang ceritanya, Superman selalu digambarkan sebagai orang yang selfless dan selalu siap untuk menolong orang lain. Tidak pernah sekalipun Superman digambarkan berkepribadian buruk (kecuali ketika Superman dicuci otak oleh Brainiac). 

Salah satu tokoh yang paling berpengaruh bagiku dalam proses menemukan jawaban pertanyaanku juga adalah seorang tokoh fiktif. Dia adalah seorang tokoh yang berasal dari sebuah Manga yang dibuat oleh Fukuchi Tsubasa. Di dalam Manga tersebut, dia digambarkan sebagai seorang bocah SMP berambut hijau yang cita-citanya hanya satu: menjadi berguna bagi orang lain. Tokoh tersebut bernama Kousuke Ueki, dan dia adalah pahlawanku semenjak aku duduk di bangku SMP sampai sekarang. Akibatnya, kepribadianku menjadi sangat terpengaruh oleh kepribadian Ueki. Mungkin memang agak aneh menjadikan tokoh fiktif sebagai inspirasi hidup, namun bagiku terdapat keuntungan sendiri dengan melakukan itu. Salah satu keuntungannya adalah, kita tidak perlu khawatir menjadi sakit hati ketika mengetahui cacat dari karakter tersebut. Sebab tokoh fiktif umumnya dibuat dengan mengkhayalkan sesosok karakter yang tanpa cacat. Akan sangat berbeda ketika misalnya aku menjadikan Bill Clinton sebagai tokoh inspirasi dan kemudian mengetahui bahwa dia memiliki skandal seks. Satu cacat tersebut dapat membuatku menyesal pernah menjadikannya sebagai tokoh pemberi inspirasi. Menjadikan tokoh fiktif sebagai inspirasi setidaknya akan membuatku terhindar dari hal semacam itu.

Pada akhirnya, inti dari tulisan tidak penting ini adalah sekedar untuk berbagi cerita. Menurutku, setiap manusia memiliki caranya tersendiri untuk menemukan jawaban dari pertanyaan dasar, "Mengapa aku hidup?" Di dalam tulisan ini aku hanya berbagi dua cara, yaitu dengan berkomunikasi kepada inner-self kita dan dengan meniru jawaban yang telah ditemukan orang lain. Tentu masih banyak lagi metode yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban tersebut. Mungkin dalam tulisan ini aku hanya membahas metode-metode yang terdengar manis saja, padahal sebetulnya di luar sana juga ada yang menggunakan metode yang ekstrem, seperti: menyiksa diri (masochism). Apapun caranya, menurutku memiliki jawaban dari pertanyaan dasar kehidupan sangatlah penting agar kita dapat hidup dengan terarah. Tanpa kita mengetahui mengapa kita hidup, tentunya kita akan hidup tanpa arah, dan hal tersebut tentunya tidak akan baik bagi kita sendiri. 

-have a good life :)


Komentar

  1. Semua kembali kepada Pencipta... Mencari tujuan Hidup tidak dapat dimulai dari dalam diri manusia. Tujuan hidup hanya dapat dicari dari yang menciptakannya.. Siapa DIA, ya Tuhan tidak ada yang lain... Banyak agama yang mengajarkan tentang hal ini.. semua dengan kelebihan dan kekuranggannya.. harus berani mengakui akan hal ini.. Mana yang lebih mendekati dan dilingkungan mana kita dilahirkan itulah yang kita pilih...
    Sejauh kita melakukan dengan hati nurani yang tulus untuk mencari tujuan kehidupan dengan sudut pandangNya ... Insya Allah kita mendapat AnugerahNya.. sebab bila hal itu didapat itu bukan karena kebaikan atau kecakapan kita.. semata2 hanya karena kasih Karunia...

    Mencari Tujuan Hidup harus dimulai dari Tujuan Sang Pencipta...

    BalasHapus

Posting Komentar

jangan lupa kasih komentar ya?
makasih atas komentarnya,, pasti akan sangat bermanfaat :)

Postingan Populer