Racauan Manusia tentang Manusia



Entahlah apa yang mendasari perilaku tiba-tiba saya saat ini. Sebenarnya bukan hanya ketiba-tibaan semata. Mungkin, jauh-jauh hari sebelumnya, saya memang sempat memikirkan hal ini. Dan kebetulan, akhir-akhir ini saya sedang melahap beberapa tulisan dan sebuah buku yang ditulis oleh seorang psikiater. Jadilah saya menuliskan pertanyaan saya saat ini.
Manusia, yang konon katanya sudah diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang sempurna. Yang diberi fisik yang sempurna serta dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan merasakan. Lalu, sudah seharusnya manusia menggunakan semua itu dengan sebaik-baiknya untuk memberikan manfaat bagi hidupnya.

Kesempurnaan itu sudah seharusnya juga menjadi alasan untuk bersyukur. Dan menurut sebuah pemikiran saya yang belum tentu benar ini, bersyukur itu salah satu cara paling efektif untuk bisa merasakan sebuah kebahagiaan, sekecil apapun itu. Dan bukankah sebenarnya manusia-manusia ini mengharapkan kehidupan dan perasaan yang bahagia? Bukankah manusia selalu mengharapkan dan melakukan sesuatu juga untuk memenuhi kebutuhannya untuk merasa bahagia?

Tetapi, sebuah pertanyaan besar selalu muncul di benak saya yang hingga saat inipun saya tak pernah mendapatkan jawaban yang bisa saya terima. Mengapakah manusia-manusia ini selalu saja menganggap dirinya menderita?

Pertanyaan itu selalu saya tanyakan, entah kepada diri saya sendiri ataupun kepada manusia lain yang seringkali tak pernah menghiraukan jika saya bertanya begitu. Pertanyaan ini selalu muncul terutama jika saya melihat manusia yang merasa dirinya paling menderita dan tak ada seorangpun yang mengalami penderitaan yang lebih buruk dari dirinya. Dan manusia tersebut tak mau sedikitpun mengingat satu saja keberuntungan kecil yang juga menimpa dirinya. 
 
Hmmm, sebenarnya saya selalu jengah dengan perilaku tersebut. Perilaku yang mungkin disadari atau tidak sering dilakukan oleh manusia-manusia (mungkin termasuk diri saya dan Anda siapapun yang sedang membaca ini). Mengapa manusia harus merasa bahwa dirinya yang paling menderita?

Mengapa manusia merasa dirinya adalah yang paling menderita di dunia ini? Mengapa manusia hanya merasa paling menderita namun tak mau mencoba melihat mengapa hal yang mereka pikir buruk itu bisa menimpa dirinya? Mengapa manusia tidak mencoba saja untuk menerima apa yang terjadi pada dirinya dan menyadari bahwa ada setidaknya satu saja hal baik yang masih ditimpakan padanya lalu mensyukurinya? Mengapa manusia tidak mau melihat ke sudut lain sedikit saja untuk menemukan keberuntungannya sedikit saja? Untuk melihat bahwa masih banyak manusia lain yang mengalami penderitaan yang lebih buruk dari dirinya? Mengapa manusia hanya pasrah saja merasakan penderitaan yang sebenarnya tak seburuk yang dirasakannya?

Mengapa manusia selalu merasa dirinyalah yang paling menderita? Entahlah, saya juga tidak mengerti. Mungkin karena manusia memang terlalu susah untuk bersyukur. Atau mungkin manusia terlalu susah untuk menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan rencananya. Atau mungkin manusia terlalu sombong sehingga tak mampu untuk mengakui bahwa apa yang diinginkan dan direncanakannya tidak selalu yang terbaik. Atau mungkin manusia memang selalu ingin menderita.

Entahlah.

Semarang, 6 Februari 2014 ; 20.46 WIB
-sebuah pertanyaan dari rida-

Komentar

Postingan Populer