Awal dari Takdir

Atap sel itu sudah cukup tua, tak heran jika mulai muncul sebuah retakan di sana. Dari retakan tersebut, sinar matahari menyelinap masuk, menerangi sang penghuni sel, dan mengingatkannya pada Dewa Matahari yang dipujanya. Ketika hari hujan, tetesan air akan menyelinap masuk, memberikan kesejukan semu yang sudah lama tidak didapatkan oleh sang penghuni sel dari Dewa Air yang dipujanya. 

Sudah seratus tahun sang penghuni sel dikurung di sana. Semua bermula dari sebuah hari yang menyedihkan dimana sebuah wabah aneh menyerang desa tempat tinggalnya. Orang-orang yang terkena wabah ini akan mengalami kerusakan kulit akut yang membuatnya menjadi berkerut-kerut dan sangat tipis, sampai-sampai organ dalam seseorang dapat terlihat dengan jelas, persis seperti mayat yang telah dimakan cacing. Wabah ini praktis menghilangkan indera perasa seseorang dan melemahkannya kemampuan fisiknya secara drastis. Anehnya, orang yang terkena wabah ini tidak bisa mati. Ya, keabadian adalah gejala berikutnya dari wabah ini. Namun apa artinya keabadian dalam penderitaan?

Orang-orang yang terkena wabah aneh tersebut disebut dengan undead, makhluk yang tidak hidup namun juga tidak mati. Demi mencegah meluasnya wabah tersebut, para undead pun diamankan oleh pasukan Kerajaan dan dikumpulkan jadi satu dalam sebuah fasilitas kesehatan bernama Undead Asylum. Namun meski dikatakan fasilitas kesehatan, tidak ada usaha apapun yang dilakukan untuk para Undead. Pasukan Kerajaan hanya mengurung mereka di dalam selnya masing-masing dan membiarkan mereka membusuk sampai hari kiamat.

Kini tak ada lagi yang dapat dilakukan oleh sang penghuni sel selain mengamati retakan di atas selnya. Dia hanya dapat pasrah dan menyerahkan segalanya pada takdir.

Ya, takdir.

"Inikah takdirku?"

Kau memiliki takdir yang besar, nak

Suara tersebut hadir tiba-tiba, menjawab gumaman sang penghuni sel. Sontak ia pun kaget sambil berusaha mencari-cari sumber suara tersebut. Namun ternyata kejutan belum berakhir. Dari atap sel terdengar suara benda tumpul yang dibenturkan ke benda keras. Tampaknya seseorang berusaha menghancurkan atap selnya melalui retakan yang selama ini diamatinya. Tak perlu waktu lama, sebuah lubang pun tercipta di atap selnya, cukup besar untuk dimasuki orang. Dari balik lubang tersebut, sang penghuni sel melihat sesosok manusia yang mengenakan baju zirah, sepertinya ksatria dari Kerajaan. Ksatria tersebut berusaha mengisyaratkan sesuatu, kemudian melemparkan sesuatu ke dalam sel yang ternyata adalah mayat manusia yang mengenakan baju zirah juga. Setelah melakukan hal tersebut, sang ksatria pun pergi meninggalkan sang penghuni sel dalam kebingungan. 

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"

Dengan kepala penuh tanya, sang penghuni sel berusaha mendekati mayat tersebut. Tubuh yang telah bertahun-tahun tak pernah digerakkan itu menjadi beban baginya untuk sekedar mendekati mayat itu. Ketika usahanya berhasil, hal pertama yang dilakukannya adalah memeriksa seluruh tubuh mayat tersebut. Pada bagian depan zirah yang dikenakan mayat tersebut, terdapat sebuah tulisan yang sepertinya ditulis dengan bara api.

Minum air suci yang ada di dalam botol. Kenakan baju zirah. 
Ambil kunci. Dan keluarlah dari tempat ini sekarang!

Sebuah perintah yang sederhana, namun tetap memberikan tanda tanya besar di kepala si penghuni sel. "Apa yang dia ingin untuk kulakukan?"

Namun pada akhirnya sang penghuni sel tetap melaksanakan perintah misterius tersebut. Seratus tahun dikurung tanpa ada sesuatu pun yang terjadi membuatnya tidak peduli akan risiko dari melakukan perintah orang yang tak dikenal.

Pertama dia mengambil botol yang berada di sabuk mayat tersebut, dan meminumnya. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu bergejolak di dalam tubuhnya. Dia merasakan panas, namun bukan panas yang membunuh. Panas tersebut memberikan kehangatan. Kehangatan yang tidak dapat dirasakannya selama lebih dari seratus tahun.

"Indera perasaku kembali?"

Saking bersemangatnya dengan kejadian itu, sang penghuni sel pun melompat-lompat kegirangan dan kemudian merasa kaget. Air yang diminumnya telah mengembalikan kekuatan fisiknya lagi.

"Ini sungguh tidak mungkin. Aku menjadi manusia lagi?"

Namun sang penghuni sel harus kembali merasakan kekecewaan ketika melihat pantulan wajahnya pada baju zirah tersebut. Masih wajah yang sama, berkerut-kerut, dan berlubang di mana-mana. Ia pun segera melaksanakan perintah kedua, mengenakan baju zirah yang dipakai oleh mayat tersebut. Ketika melepas baju zirahnya, sang penghuni sel begitu terkejut begitu melihat wajah mayat tersebut. Wajah yang tirus, berkerut-kerut, dan berlubang. Sang penghuni sel seakan melihat cermin.

"Jadi undead pun dapat mati?"

Semua hal yang terjadi hari ini terlalu membingungkan bagi sang penghuni sel. Kepalanya serasa dipenuhi oleh tanda tanya yang amat banyak. Namun, dia tak memiliki pilihan selain melaksanakan perintah misterius tersebut. Setelah mengenakan baju zirah milik mayat tadi, sang penghuni sel menemukan sebuah kunci di sabuknya. Dengan sedikit ragu, ia memasukkan kunci tersebut ke lubang pintu selnya, dan mendengar suara 'klik'. Kunci tersebut ternyata benar-benar cocok dengan pintu selnya. Kini, ia hanya perlu melaksanakan perintah keempat, keluar dari Undead Asylum.

Sang penghuni sel mengingat-ingat lagi hari dimana ia diantar menuju Undead Asylum. Tidak ada rantai ataupun cambuk, karena tempat ini memang bukanlah penjara. Namun ia ingat betul bagaimana sikap ksatria Kerajaan ketika mengantarnya. Tombak terus digenggam dalam posisi siaga, pemanah berada di posisi menembak, semua seolah disiapkan untuk mencegahnya dan teman-teman undead-nya kabur dari tempat ini.

Lebih lagi yang membuatnya takut adalah sosok yang menjaga pintu gerbang Undead Asylum. Dengan mata berwarna merah menyala dan gigi yang penuh taring, sosok itu memandang sang penghuni sel dan teman-teman undead-nya dari ketinggian sekitar lima meter. Sosok tersebut dipanggil dengan Asylum Demon. Dia adalah monster raksasa yang merupakan perpaduan Naga Gendut Eropa dan Iblis dari Neraka. Monster tersebut telah adalah hadiah dari raja Neraka untuk Kerajaan sebagai bukti aliansi mereka. Raja pun menggunakannya untuk menjaga Undead Asylum.

Sambil berjalan menyusuri lorong Undead Asylum, sang penghuni sel terus berpikir bagaimana caranya untuk kabur dari Undead Asylum tanpa ketahuan oleh Asylum Demon. 

Entah takdir macam apa yang menunggunya setelah ini.

-cerita diadaptasi dari video game Dark Souls

Komentar

Postingan Populer