Sang Petani
Di balik semua kerendahan hatinya tersimpan rasa yang tak dapat diungkapkan. Dia bukanlah siapa-siapa. Hanya seorang petani di ladang yang tak pernah subur. Dia tahu bahwa apa yang dia kerjakan tak kan pernah menghasilkan sesuatu yang berarti. Namun dia telah memutuskan untuk menutup telinga dari apa yang dikatakan orang lain. Apa yang dia yakini, itulah yang akan dia lakukan dengan sepenuh hatinya.
Demi melakukan apa yang ia yakini, telah banyak hal yang dia korbankan. Namun itu tak mengapa karena baginya, hatinyalah yang terpenting. Selama dia masih memiliki hati, maka apapun dapat dia berikan. Selama dia dapat memuaskan hatinya, apapun akan ia lepaskan. Seperti itulah ketetapan yang dia miliki.
Suatu ketika, cangkul yang dia gunakan untuk pekerjaan sehari-harinya patah. Membuatnya tak dapat mengerjakan apa yang diyakini oleh hatinya. Tapi dia tidak sedih, karena dia tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang tidak dapat diperbaiki. Walaupun harus mengorbankan beberapa hari lagi, namun demi kembali melakukan pekerjaannya, dia merelakannya.
Akibat hari-hari yang dikorbankannya tersebut, satu-satunya kesempatan baginya untuk mendapat pekerjaan yang lain pun hilang. Ya, sebelumnya memang belum diceritakan, namun sesungguhnya petani tersebut telah mendapatkan penawaran untuk bekerja di ladang yang subur, jauh lebih baik dari ladang yang dikerjakannya. Dan dia menolaknya.
Hati sang petani tetap tak bisa berbohong. Selama hatinya menyatakan tidak, maka tidaklah satu-satunya kata yang akan ia keluarkan.
Setelah melalui beberapa hari yang melelahkan, akhirnya cangkul milik sang petani selesai diperbaiki. Hatinya begitu gembira, karena akhirnya dapat mengerjakan sesuatu yang sangat disukainya lagi. Dengan setengah berlari, sang petani bergegas menuju ladangnya yang tak pernah subur. Bermaksud untuk kembali mencangkul.
Kalau ditanya mengapa dia terus melakukan pekerjaan yang jelas-jelas tak membawa hasil semacam itu, dia hanya menjawabnya dengan seutas senyum. Senyum yang membuat sang penanya akan merasa tak sopan untuk kembali bertanya. Sang penanya kemudian akan merasa takjub dengan keteguhan hati sang petani. Dia kemudian akan mulai berdoa agar sang petani mendapatkan hasil yang baik baginya.
Siapakah dia? Dia bukan siapa-siapa
Hanya seorang petani
Di ladang yang tak pernah subur
Dan ia melakukan pekerjaannya dengan hati
Demi melakukan apa yang ia yakini, telah banyak hal yang dia korbankan. Namun itu tak mengapa karena baginya, hatinyalah yang terpenting. Selama dia masih memiliki hati, maka apapun dapat dia berikan. Selama dia dapat memuaskan hatinya, apapun akan ia lepaskan. Seperti itulah ketetapan yang dia miliki.
Suatu ketika, cangkul yang dia gunakan untuk pekerjaan sehari-harinya patah. Membuatnya tak dapat mengerjakan apa yang diyakini oleh hatinya. Tapi dia tidak sedih, karena dia tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang tidak dapat diperbaiki. Walaupun harus mengorbankan beberapa hari lagi, namun demi kembali melakukan pekerjaannya, dia merelakannya.
Akibat hari-hari yang dikorbankannya tersebut, satu-satunya kesempatan baginya untuk mendapat pekerjaan yang lain pun hilang. Ya, sebelumnya memang belum diceritakan, namun sesungguhnya petani tersebut telah mendapatkan penawaran untuk bekerja di ladang yang subur, jauh lebih baik dari ladang yang dikerjakannya. Dan dia menolaknya.
Hati sang petani tetap tak bisa berbohong. Selama hatinya menyatakan tidak, maka tidaklah satu-satunya kata yang akan ia keluarkan.
Setelah melalui beberapa hari yang melelahkan, akhirnya cangkul milik sang petani selesai diperbaiki. Hatinya begitu gembira, karena akhirnya dapat mengerjakan sesuatu yang sangat disukainya lagi. Dengan setengah berlari, sang petani bergegas menuju ladangnya yang tak pernah subur. Bermaksud untuk kembali mencangkul.
Kalau ditanya mengapa dia terus melakukan pekerjaan yang jelas-jelas tak membawa hasil semacam itu, dia hanya menjawabnya dengan seutas senyum. Senyum yang membuat sang penanya akan merasa tak sopan untuk kembali bertanya. Sang penanya kemudian akan merasa takjub dengan keteguhan hati sang petani. Dia kemudian akan mulai berdoa agar sang petani mendapatkan hasil yang baik baginya.
Siapakah dia? Dia bukan siapa-siapa
Hanya seorang petani
Di ladang yang tak pernah subur
Dan ia melakukan pekerjaannya dengan hati
Komentar
Posting Komentar
jangan lupa kasih komentar ya?
makasih atas komentarnya,, pasti akan sangat bermanfaat :)