Sekilas Tentang Jakarta (4)
Jakarta adalah kota dengan seribu jalan tol. Jalan itu berkelok-kelok mengelilingi setiap bagian kota Jakarta bagaikan jalur naga. Kalau berkunjung ke Jakarta, orang-orang pasti akan mengeluhkan betapa rumitnya jalan tol di Jakarta. Ditambah lagi dengan betapa macetnya jalan tol di Jakarta, membuat orang-orang akan berpikir tidak ada bedanya masuk jalan tol atau jalan biasa. Satu hal yang pasti, setiap jalan tol pasti memiliki gerbang masuk dengan tarifnya masing-masing. Nah, gerbang masuk ini merupakan salah satu dari sumber kemacetan di Jakarta. Alasannya adalah pelayanan yang sangat lama dan kecenderungan orang-orang untuk berpindah-pindah antrean dan menerobos antrean orang lain. Sikap pengemudi yang seperti inilah yang sama sekali tidak boleh ditiru karena hanya akan menguntungkan diri sendiri dan merugikan banyak orang yang telah lama mengantre di belakang. Pun begitu, sikap seperti ini merupakan sikap mayoritas pengemudi di Jakarta, jadi kalau Jakarta selalu macet itu tidak terlepas dari peran orang-orang semcam ini.
Selain sebagai sumber kemacetan, Gerbang masuk tol juga merupakan sumber dari perusakan lingkungan. Setiap hari beribu-ribu karcis masuk tol diproduksi dan dibuang di sana. Karcis itu terbuat dari kertas yang sudah pasti menggunakan pohon sebagai bahan bakunya. Aku tidak mengerti mengapa pemerintah masih mempertahankan penggunaan karcis tol yang mubazir seperti itu. Seharusnya pemerintah segera menggunakan metode lain, seperti penggunaan kartu tol yang harus dikembalikan begitu keluar jalan tol. Dengan begitu setidaknya penggunaan kertas dapat diminimalisir.
Gerbang masuk tol juga dapat berfungsi sebagai sumber pekerjaan. Entah mengapa cukup banyak orang yang mengantre untuk dapat bekerja sebagai petugas gerbang tol. Biasanya mereka adalah mahasiswa yang ingin bekerja sambilan, tapi terkadang ada juga orang-orang yang telah cukup berumur bekjerja di sini. Seperti apa pekerjaan mereka? mereka sebatas menerima uang dari pengguna jalan tol, memberikan karcis, sekaligus kembalian. Untuk menjalankan tugasnya, mereka dibekali dengan kemampuan memilih uang kembalian yang tepat dan melipatnya bersama karcis, dengan kecepatan yang sungguh mengagumkan. Itulah kemampuan khusus yang hanya dimiliki para petugas gerbang tol.
Karena pekerjaan yang monoton ini, petugas jalan tol biasanya sangat tidak antusias dalam menjalani pekerjaannya. Kebanyakan dari mereka selalu terlihat lesu dan bosan. Terkadang untuk mengisi kebosanan mereka akan menyetel lagu kesukaan dengan keras melalui mini compo yang dibawanya sendiri atau iPod bagi yang berpunya.
Tapi, ada satu gerbang tol di Jakarta yang sangat unik dibandingkan gerbang tol lainnya. Gerbang tol ini bernama Gerbang Dukuh 2. Mengapa disebut unik? Karena ini adalah satu-satunya gerbang tol di Jakarta-sepanjang pengetahuanku- yang seluruh petugas gerbangnya bersikap amat ramah dan murah senyum pada setiap pengguna jalan tol. Aku melewati gerbang ini setiap hari dan aku selalu merasakan aura yang menyenangkan dari setiap petugas di sana. Begitu memasuki gerbang, mereka akan menyapa terlebih dahulu dengan ucapan selamat pagi, sambil mengeluarkan senyuman terbaiknya. Melihat hal itu, tentu mustahil untuk tidak membalas senyumnya, mesipun jalan di depan masih sangat macet.
Ya, senyum memang pekerjaan mudah, tapi orang-orang sering lupa untuk melakukannya. Para petugas di Gerbang Dukuh 2 tersebut pasti menyadari itu dan mereka mencoba untuk mengubahnya. Disadari atau tidak, sikap yang ditunjukkan oleh para petugas di Gerbang Dukuh 2 itu akan menyemangati setiap pengguna jalan tol untuk menghadapi kemacetan yang bagaikan neraka. Aku selalu senang melewati gerbang itu dan aku benar-benar ingin berterimakasih pada mereka. Mereka telah membuktikan bahwa pekerjaan mereka, biarpun sering dianggap remeh, mampu memberikan sesuatu yang berarti pada banyak orang. Itulah bukti bahwa pekerjaan apapun, selama dilakukan sepenuh hati dan sungguh-sungguh pasti akan membawa kebaikan pada banyak orang.
Yang jelas, melewati jalan tol adalah keseharian warga Jakarta yang menggunakan mobil untuk transportasi. Apalagi untuk yang tinggal di pinggiran Jakarta, menggunakan jalan tol adalah pilihan yang terbaik dengan segala kekurangannya. Meskpun sampai sekarang belum ditemukan solusi yang tepat untuk kemacetan di Jakarta, itu bukanlah alasan untuk mengeluh. Ya, jalani sja dengan sepenuh hati, seperti orang-orang di Gerbang Dukuh 2, dan hidup tidak akan pernah terasa berat.
Selain sebagai sumber kemacetan, Gerbang masuk tol juga merupakan sumber dari perusakan lingkungan. Setiap hari beribu-ribu karcis masuk tol diproduksi dan dibuang di sana. Karcis itu terbuat dari kertas yang sudah pasti menggunakan pohon sebagai bahan bakunya. Aku tidak mengerti mengapa pemerintah masih mempertahankan penggunaan karcis tol yang mubazir seperti itu. Seharusnya pemerintah segera menggunakan metode lain, seperti penggunaan kartu tol yang harus dikembalikan begitu keluar jalan tol. Dengan begitu setidaknya penggunaan kertas dapat diminimalisir.
Gerbang masuk tol juga dapat berfungsi sebagai sumber pekerjaan. Entah mengapa cukup banyak orang yang mengantre untuk dapat bekerja sebagai petugas gerbang tol. Biasanya mereka adalah mahasiswa yang ingin bekerja sambilan, tapi terkadang ada juga orang-orang yang telah cukup berumur bekjerja di sini. Seperti apa pekerjaan mereka? mereka sebatas menerima uang dari pengguna jalan tol, memberikan karcis, sekaligus kembalian. Untuk menjalankan tugasnya, mereka dibekali dengan kemampuan memilih uang kembalian yang tepat dan melipatnya bersama karcis, dengan kecepatan yang sungguh mengagumkan. Itulah kemampuan khusus yang hanya dimiliki para petugas gerbang tol.
Karena pekerjaan yang monoton ini, petugas jalan tol biasanya sangat tidak antusias dalam menjalani pekerjaannya. Kebanyakan dari mereka selalu terlihat lesu dan bosan. Terkadang untuk mengisi kebosanan mereka akan menyetel lagu kesukaan dengan keras melalui mini compo yang dibawanya sendiri atau iPod bagi yang berpunya.
Tapi, ada satu gerbang tol di Jakarta yang sangat unik dibandingkan gerbang tol lainnya. Gerbang tol ini bernama Gerbang Dukuh 2. Mengapa disebut unik? Karena ini adalah satu-satunya gerbang tol di Jakarta-sepanjang pengetahuanku- yang seluruh petugas gerbangnya bersikap amat ramah dan murah senyum pada setiap pengguna jalan tol. Aku melewati gerbang ini setiap hari dan aku selalu merasakan aura yang menyenangkan dari setiap petugas di sana. Begitu memasuki gerbang, mereka akan menyapa terlebih dahulu dengan ucapan selamat pagi, sambil mengeluarkan senyuman terbaiknya. Melihat hal itu, tentu mustahil untuk tidak membalas senyumnya, mesipun jalan di depan masih sangat macet.
Ya, senyum memang pekerjaan mudah, tapi orang-orang sering lupa untuk melakukannya. Para petugas di Gerbang Dukuh 2 tersebut pasti menyadari itu dan mereka mencoba untuk mengubahnya. Disadari atau tidak, sikap yang ditunjukkan oleh para petugas di Gerbang Dukuh 2 itu akan menyemangati setiap pengguna jalan tol untuk menghadapi kemacetan yang bagaikan neraka. Aku selalu senang melewati gerbang itu dan aku benar-benar ingin berterimakasih pada mereka. Mereka telah membuktikan bahwa pekerjaan mereka, biarpun sering dianggap remeh, mampu memberikan sesuatu yang berarti pada banyak orang. Itulah bukti bahwa pekerjaan apapun, selama dilakukan sepenuh hati dan sungguh-sungguh pasti akan membawa kebaikan pada banyak orang.
Yang jelas, melewati jalan tol adalah keseharian warga Jakarta yang menggunakan mobil untuk transportasi. Apalagi untuk yang tinggal di pinggiran Jakarta, menggunakan jalan tol adalah pilihan yang terbaik dengan segala kekurangannya. Meskpun sampai sekarang belum ditemukan solusi yang tepat untuk kemacetan di Jakarta, itu bukanlah alasan untuk mengeluh. Ya, jalani sja dengan sepenuh hati, seperti orang-orang di Gerbang Dukuh 2, dan hidup tidak akan pernah terasa berat.
rida, ini blognya kamu apa gema??? jangan lupa follow blogku yah.. thankyouuuu
BalasHapushaha aku juga bingung ini blog siapa da hehe, anggap aja blog aku
BalasHapus