Kuliah yang Menyenangkan
Dunia selalu bergerak dengan sangat eksponensial. Pada
saat kamu sedang membaca tulisan ini, lebih dari seribu bayi terlahir ke dunia
ini. Sulit dibayangkan memang, di saat kamu sedang duduk tenang, dunia sedang
bergerak dengan kecepatan yang sangat luar biasa. Sekedar informasi saja,
saking cepatnya pergerakan dunia ini, ilmu-ilmu yang dipelajari mahasiswa di
semester I sudah akan kadaluarsa ketika ia menginjak semester V. Hal inilah
yang kemudian menjadi PR bagi dosen untuk terus mengembangkan metode
mengajarnya. Sudah tidak zamannya lagi seorang guru besar bersikap kolot dan
tidak mau mengembangkan pemikirannya. Sebab dengan bersikap begitu, dia tidak
akan mengetahui bahwa sesungguhnya pemikiran yang dibuat olehnya sudah sangat kadaluarsa.
Oleh sebab itu, kamu harus menyadari bahwa kamu harus menjadi orang yang
progresif dalam menjalani hidup ini. Selalu semangat, bulatkan tekad, dan
temukanlah hal yang baru setiap hari.
Perlu diketahui bahwa Facebook baru saja menjual
sahamnya dengan harga yang sangat fantastis. Di zaman dimana teknologi
komunikasi sudah berkembang dengan pesat seperti ini, informasi tentang data
diri manusia menjadi begitu penting dan dapat menjadi bisnis sendiri.
Perusahaan seperti Facebook yang memiliki database akurat tentang manusia
seperti itu menjadi sangat powerful karena informasi yang mereka miliki pasti
akan dibutuhkan oleh siapapun.
Melihat hal itu, tentu kita dapat mengetahui bahwa
kepemilikan atas data yang akurat akan membuat kita menjadi sangat powerful di
mata orang lain. Termasuk ketika menjadi mahasiswa, ketika harus melakukan
perdebatan ilmiah dengan orang lain, kita akan melakukan pertempuran informasi.
Manakah informasi yang lebih akurat dan manakah informasi yang lebih bermanfaat
akan ditentukan saat itu juga.
Karena kita harus menjadi manusia yang progresif, maka data yang kita miliki tidak boleh lagi
hanya terbatas pada satu jenis saja. Carilah data sebanyak-banyaknya dari
penjuru dunia, termasuk dari yang paling tidak dianggap sekalipun. Hal inilah
yang akan membentuk kita menjadi manusia yang dapat berpikir secara global
namun bertindak demi tanah air yang kita diami. Think Globally, Act
Locally adalah semboyan yang tepat untuk menggambarkan semangat ini. Semangat dari para manusia yang selalu
bersikap progresif.
Pun dengan semangat yang selalu dimiliki oleh para
manusia progresif, tidak dapat menjamin bahwa mereka akan terhindar dari
masalah utama manusia yang kemudian menjadi pokok kajian ekonomi, yaitu masalah
keinginan dan kebutuhan. Sekilas kedua istilah tersebut terlihat mirip, apalagi
dalam kehidupan nyata orang-orang sering mengabaikan perbedaannya. Permasalahan
yang sering dihadapi seseorang kala harus menentukan perbedaan dari kedua
istilah ini terletak pada kejujuran mereka dalam menjawab pertanyaan, ”Apakah
ini benar kebutuhanku, ataukah hanya keinginanku?”
Sebelumnya
perlu diketahui pula bahwa memiliki keinginan adalah hal yang wajar, apalagi homo economicus selalu didefinisikan
sebagai makhluk yang tak pernah puas dengan keinginannya. Pun begitu, kita
tetap harus jujur pada diri sendiri untuk menentukan mana yang merupakan
’kebutuhanku’ dan mana yang merupakan ’keinginanku’. Semakin sering kita
berbohong dengan meyakinkan diri sendiri bahwa keinginan kita adalah kebutuhan
kita, maka semakin kacaulah pola hidup kita.
Ada sebuah kutipan menarik yang pernah diungkapkan
seorang mahasiswa Indonesia, yaitu ”Janganlah tidur karena mengantuk, namun
tidurlah karena membutuhkannya.” Awalnya mungkin sulit untuk memahami kalimat
ini, namun jika ditelaah lebih lanjut ternyata kalimat ini sangat berkaitan
dengan konsep keinginan dan kebutuhan. Dalam hal ini, kata ’mengantuk’ yang
diutarakannya tersebut ia maksudkan sebagai sebuah keinginan yang bersumber
dari kemalasan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita lebih banyak mengantuk saat
kita merasa malas dan tak semangat serta tak ada yang kita kerjakan. Jika kita
berusaha untuk tidur saat itu, apa yang akan terjadi? Tubuh kita akan menolak
dan mata kita yang berusaha kita katupkan akan terus berusaha untuk tetap
terbuka. Begitu akhirnya dapat tidur pun, kita telah menghabiskan tenaga untuk
bergulat dengan tubuh kita yang sebenarnya belum butuh tidur. Saat bangun pun
dapat dipastikan bahwa badan kita akan menjadi pegal-pegal karena pergulatan
dengan tubuh pada malam sebelumnya.
Hal yang berbeda akan terjadi ketika kita memutuskan
untuk tidur karena membutuhkannya. Tapi sebelumnya, kapan sebenarnya kita butuh
tidur? Itu adalah saat otak kita merasa bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat
kita kerjakan di hari itu. Kemudian di saat otak kita menyadari bahwa dia sudah
terlalu lama bekerja hingga menjadi lelah. Di saat itulah tubuh kita
benar-benar butuh tidur. Maka ketika kita baringkan badan ke kasur dan menutup
mata, tidak perlu waktu yang lama dan kita akan tertidur pulas tanpa perlu
bergulat dengan tubuh. Dapat dipastikan bahwa ia akan mengalami pagi yang
menyegarkan ketika ia bangun.
Tadi itu hanyalah contoh kecil dari konsep
keinginan dan kebutuhan yang harus benar-benar dikuasai untuk dapat memahami
ekonomi. Melihat itu, tentu kita harus memiliki kemampuan untuk dapat
mengorganisir keinginan dan kebutuhan kita. Apalagi ketika berusaha mendalami
ekonomi internasional, maka kita harus dapat mengetahui apa yang sesungguhnya
dibutuhkan oleh manusia dan apa yang hanya berupa keinginan saja. Mengenai ini
seorang tokoh besar dari India pernah mengatakan, ”Dunia ini cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan manusia, tapi tidak untuk semua keserakahannya.”
Lagi-lagi ini merupakan kutipan yang benar-benar menekankan pemenuhan atas
kebutuhan di atas keinginan dan pentingnya untuk mengetahui manakah yang
merupakan keinginan dan manakah yang merupakan kebutuhan. Setelah mengetahui
itu semua apakah kita masih akan mementingkan keinginan di atas kebutuhan?
Tentu itu adalah pilihan dan manusia selalu bebas untuk memilih.
Satu hal yang pasti, entah konsep kebutuhan atau
keinginan adalah konsep yang hanya bertujuan untuk memberikan kebaikan bagi
diri sendiri. Maka dari itu, ketika seseorang sudah memutuskan untuk memberikan
kebaikan bagi orang lain, maka itu sudah di luar pertanyaan keinginan dan
kebutuhan. Itu adalah sesuatu yang beyond
dan telah mengarah pada transendensi, sebuah konsep yang menyatakan bahwa
hidup kita ini diatur oleh kekuatan mahabesar yang tak kita ketahui namun ada.
Sebuah konsep yang kemudian membuat seseorang menjadi begitu mulia, baik di
hadapan makhluk fana dan makhluk ghaib.
Semisal ada seorang pengusaha kaya yang
menafkahkan seluruh hartanya hingga menjadi nol dan kemudian memutuskan untuk
hidup seperti rakyat biasa, maka kita tidak akan dapat menanyakan padanya,
”Apakah ini merupakan keinginanmu, ataukah kebutuhanu?” Karena ia akan
menjawab, ”Saya melakukan hal ini karena saya harus.” Orang-orang semacam itu
tidak mungkin dapat dijelaskan oleh ilmu ekonomi yang hanya melihat manusia
sebatas keinginan dan kebutuhannya, namun orang-orang semacam itu benar-benar
ada.
Maka dari itu, muncullah kalimat, ”Tidak semua hal harus dimengerti atau dipahami, karena terkadang beberapa hal hanya perlu diterima saja.” Kalimat ini sesungguhnya berusaha menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat menemukan kebenaran yang haqiqi karena tidak dapat menjelaskan semuanya. Maka sekali lagi, adalah sebuah kesalahan bagi para guru besar yang masih bersifat kolot dan menganggap dirinya yang paling benar. Sesungguhnya kebenaran itu hanyalah milik Tuhan dan kesalahan selamanya adalah milik manusia.
Maka dari itu, muncullah kalimat, ”Tidak semua hal harus dimengerti atau dipahami, karena terkadang beberapa hal hanya perlu diterima saja.” Kalimat ini sesungguhnya berusaha menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat menemukan kebenaran yang haqiqi karena tidak dapat menjelaskan semuanya. Maka sekali lagi, adalah sebuah kesalahan bagi para guru besar yang masih bersifat kolot dan menganggap dirinya yang paling benar. Sesungguhnya kebenaran itu hanyalah milik Tuhan dan kesalahan selamanya adalah milik manusia.
Komentar
Posting Komentar
jangan lupa kasih komentar ya?
makasih atas komentarnya,, pasti akan sangat bermanfaat :)