Harapanku dan Sajak Mandalawangi-Pangrango

Mandalawangi-Pangrango

Sendja ini ketika matahari turun
ke dalam djurang-djurangmu
aku datang kembali
ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
dan dalam dinginmu

Walaupun setiap orang berbitjacara
tentang manfaat dan guna
aku bitjara padamu tentang tjinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

Aku tjinta padamu, Pangrango jang dingin dan sepi
sungaimu adalah njanjian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
tjintamu dan tjintaku adalah kebisuan semesta

Malam itu ketika dingin dan kebisuan
menjelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
dan bitjara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi jang tanda tanja
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah, dan hadapilah”

dan antara ransel-ransel kosong
dan api unggun jang membara
aku terima itu semua
melampaui batas-batas hutanmu,
melampaui batas-batas djurangmu
aku tjinta padamu Pangrango
Karena aku tjinta pada keberanian hidup

Djakarta 19-7-1966
Soe Hok-gie

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mandalawangi-Pangrango, sajak dari seorang yang sangat diakgumi (setidaknya bagiku), merupakan sajak yang paling aku sukai. Aku sudah sering mendengar sajak ini. Dan sejak pertama kali mendengarya, aku sudah jatuh cinta pada sajak ini. Namun, aku tak pernah bisa mendapatkan sajak ini seutuhnya. Karena kemampuan mengingatku yang memang sangat terbatas. Dan aku hanya bisa menikmati sajak ini dengan mendengarnya saja.

Seperti dalam setiap sajak ataupu lagu, ataupun novel, ataupun cerita yang aku dengar atau aku baca, selalu ada kalimat atau bagian yang sangat aku suka.

-Walaupun setiap orang berbitjara
tentang manfaat dan guna
Aku bitjara padamu tentang tjinta dan keindahan-

Itu bagian yang paling aku suka dan aku ingat sejak pertama aku mendengar sajak ini.

Mungkin ini salah satu penyebab aku menyukai sajak ini.
Dan setelah sekian tahun aku hanya menyukainya dalam diamku, kini akhirnya aku mendapatkan teks lengkap dari sajak itu. Ini semua berasal dari buku yang berjudul Soe Hok-gie….Sekali Lagi, yang selesai aku baca saat aku mulai niat untuk membacanya.

Mandalawangi-Pangrango, aku sudah mulai menyukainya sejak hanya mendengar sajaknya saja. Dan kini, setelah aku membaca bukku itu, aku menjadi semakin jatuh cinta dan penasaran pada tempat itu.

Aku hanya berharap, suatu hari nanti ketika Tuhanku sudah mengizinkan aku, aku ingin mengunjungi tempat itu. Aku meletakkan kakiku di atas tanahnya, dan membiarkan mataku menjelajahi dengan liarnya ke segala arah di tempat itu dan menuju langit tempat itu.

Suatu hari nanti, aku yakin aku akan bisa mengunjunginya.

Komentar

Postingan Populer